Senin, 14 September 2015

Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran

20.43 Posted by centrio pgsd's blogs No comments
Dalam pemanfaatan multimedia pembelajaran di sekolah dapat menimbulkan pembelajaran yang kurang manusiawi atau istilah lainnya adalah dehumanisasi. Dehumanisasi adalah penghilangan fungsi kerja manusia, yaitu penghilangan  tenaga dan gerak manusia. Hal ini biasa terjadi pada pendidikan tinggat rendah yaitu mulai dari SD, SMP, dan SMA. Pada pendidikan yang lebih tinggi, pemanfaatan multimedia ini justru menunjang kerja dan malah dianggap lebih manusiawi.

1. Pengertian Media
Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa sehingga proses pembelajaran terjadi

2. Faktor yang mempengaruhi kegagalan prestasi siswa
- intelejensi rendah
- motivasi belajar kurang
- cara belajar yang kurang efektif
- frekuensi belajar minim
- minimnya media pembelajaran

3. Fungsi Media
Memberikan pengalaman siswa tentang hal-hal yang konret yang kurang bisa dijelaskan dengan kata-kata. dengan adanya media, guru dibantukan dalam menyajikan hal-hal yang konkret kepada siswa.

4. Tahap Pengembangan media pembelajaran
Yaitu: Concept, design, materi, asembly, testing, distribution

5. Karakteristik Media
- bersifat fleksibel
- bersifat self spacing, yaitu adanya jeda untuk siswa menyerap materi pelajaran
- bersifat content rich
- bersifat interaktif

6. Peran Media Pembelajaran
- Menciptakan suasana belajar yang kondusif
- Mengaktualisasikan potensi
- Mengaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari

7. Dasar pertimbangan menggunakan media pembelajaran
- tujuan intruksional yang ingin dicapai
- karakteristik siswa
- mendukung isi pembelajaran
- kondisi setempat
- jangkauan luas
- berkualitas baik

8. Keunggulan menggunakan media pembelajaran
- belajar sesuai kebutuhan
- terdorong untuk mengejar pengetahuan
- belajar sesuai kemampuan

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHASA ANAK

19.21 Posted by centrio pgsd's blogs 6 comments


PENGEMBANGAN BAHASA ANAK
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Awal

Disusun oleh :
Rombel 09
1.      Hafid Ahman Fanshuri             1401414
2.      Mohammad Khowarizmi          1401414
3.      Eni Fitriyani                              1401414294
4.      Shella Novita Sari                     1401414314
5.      Desi Rusiani                             1401414



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015



BAB I
PEMBUKA
A.Latar Belakang
            Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi melatih bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang berkaitan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, Misalnya, dengan orang di sekitarnya, lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
            Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.. Perkembangan bahasa pada anak-anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill) melalui berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu hubungan sosial. Pada saatnya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Proses perkembangan tersebut melalui berbagai tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai dengan penguasaan usia sekolah. Dalam tahapan penguasaan bahasa inilah peran orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan prosesseorang anak dalam bersosialisasi maupun belajar.

B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian perkembangan bahasa ?
2. Bagaimanakah perkembangan bahasa pada anak ?
3. Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak ?
4. Apa saja tahapan perkembangan bahasa pada anak ?
5. Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak ?
6. Apa implementasi perkembangan bahasa pada anak terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya, Berko Gleason mengungkapkan Language has been hailed as the hallmark of humanity, the ability that separates humans from animals (Berko-Gleason, 1997). As humans in society, we use our language ability continuously to embrace ideas, share our feelings, comment on the world, and understand each other’s minds. Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and rule-governed structures that are used as a means for communication. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa erat kaitannya dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
Sementara pengertian perkembangan atau dalam bahasa inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan serta sistematis.
Syamsu Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang progress dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang mana aspek-aspek dari perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral dan kesadaran beragama.

2.Perkembangan Bahasa pada Anak
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang intensif dan bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan dkk.,1998) bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh  bakat bawaan, lingkungan atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual. Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-anak akan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.

3.Teori-teori perkembangan bahasa pada anak
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
3.1 Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasabagi kaum behaviorisme dianggap kurang tepat karenan istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Menurut kaum behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui kematangan anak dalam pemerolehan bahasa. Kaum behaviorisme tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemempuan untuk mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemempuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi memalui prinsip pertalian S – P (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.
Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
3.2 Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak mengangggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan mengganggap bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”.  Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat ini didasarkan pada asumsi. Pertama,perilakubahasa adalah sesuattu yang diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
            Menurut Chomsky, seorang anak dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tat bahasa, dan dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khususuntuk memproses bahasa, yang tidak punya kaitannya dengan kemempuan kognitif lainnya
3.3 Teori Kognitivisme
   Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bias dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu :
3.3.1 Tahap sensomontorik
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak dan berlangsung pada sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya, lalu pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua  kemampuan awal ini. Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang dunia, yaitu yang berhungan dengan pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana.
3.3.2 Tahap Praoperasional
Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi oleh cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih kurang operasional.
3.3.3 Tahap Operasional Konkret
Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep konvensi.Tahap ini dilalui anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan menjelang sebelas tahun.
3.3.4 Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak sudah berfikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka merumuskan dan mengetes hipitesis-hipotesis yang rumit mereka berfikir abstrak dan mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang abstrak, dari satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).

4.Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak
4.1      Menurut pendapat Piaget (Sumantri, dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa proses perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu:
4.1.1   Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut
4.1.2   Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang lewat.
4.1.3   Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.
4.1.4 Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis.
4.2    Sedangkan Johan Amos Comenius dalam Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu:

4.2.1    Periode Sekolah-Ibu (0-6 Tahun)
Pada periode ini hampir semua usaha bimbingan-pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu sangat mempengaruhi proses perkembangan anak.
4.2.2    Periode Sekolah-Bahasa-Ibu (6-12 Tahun)
Pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu untuk mendapatkan impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti serta transmisi kultural dari orang dewasa, dan untuk mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.
4.2.3    Periode Sekolah-Latin (12-18 Tahun)
Pada periode ini anak mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa kebudayaan. Bahasa ini perlu diajarkan kepada anak agar anak mencapai taraf beradab dan berbudaya.
4.2.4    Periode Sekolah-Universitas (18-24 Tahun)
Pada periode yang terakhir ini anak muda mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, di samping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan.
Khusus mengenai perkembangan bahasa anak,
4.3       Conny R. Semiawan (2000: 128-136) berpendapat bahwa tahap perkembangan bahasa anak terdiri dari empat tahap, yaitu:
4.3.1    Perkembangan Bahasa Usia Bayi
Secara umum bayi mulai mengeluarkan ucapan pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak mengucapkan kata-kata, terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan baa, maa atau paa. Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang dilakukan oleh bayi pada usia dini ialah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, bayi menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan, serta menggerak-gerakkan tangan. Biasanya kata-kata anak yang pertama kali muncul adalah nama-nama orang penting yang ada disekitarnya, nama-nama binatang, dan benda-benda lain yang ada di sekitarnya. Anak-anak yang telah memasuki usia 18-24 bulan mulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata.

4.3.2    Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Beberapa anak usia pra sekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan, misalnya untuk mengucapkan kata setrika, mangga, dan lain-lain. Pada usia ini, anak-anak sudah dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya. Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman yang meningkat terhadap aturan yang komplek tentang urutan kata-kata yang diucapkan. Pada usia ini anak-anak juga sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepat.
4.3.3    Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
Pada tahap ini penekanan perkembangan berubah dari bentuk bahasa ke isi dan penggunaan bahasa. Anak-anak telah mencapai tahap kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak.
4.3.4    Perkembangan Membaca dan Menulis
Salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan membaca anak usia dini ialah kesediaan orang tua untuk menyediakan bahan bacaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan kemampuan membaca anak. Kegiatan membaca yang dilakukan secara alamiah dalam suasana kehidupan sosial memiliki efektifitas yang tinggi untuk peningkatan kemampuan membaca pada anak. Anak usia tujuh atau delapan tahun telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata dan kata. Siswa kelas tiga dan empat sudah mampu menganalisis kata-kata baru dengan menggunakan pola orthograpik dan inferensi kontekstual. Siswa kelas lima dan enam sudah mulai membaca dari keterampilan decoding menuju ke pemahaman.

5. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
Ada beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke dalam tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang menyanggah pembagian ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat dikatakan bahasa permulaan karena bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan lain sebagainya dikendalikan oleh ransangan (stimulus) semata.Sudah diuraikan sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap.
5.1       Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyibahasa, tetapi masih ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat
bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitandalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr,
pada kata struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD bahkan orang dewasa kadangkala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada kata: kompleks, administrasi diucapkan komplek dan adminitrasi. Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.

5.2       Perkembangan Morfologis
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yangkompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan,persatuan, kesa-tuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.
Berdasarkan kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan menggunakan morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut:
5.2.1    Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan kata berprefiks dan bersufiks seperti melempar dan makanan.
5.2.2    Anak kelas menengah SD telah dapat mengunakan kata berimbuhan simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.
5.2.3    Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan dalam bahasa lisan atau tulisan.

5.3       Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulanbahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan
Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu:pengembangan, pengurangan, dan peniruan. Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara pertama yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada prinsip kalimat yang paling pokok yaitu urutan kata.
Cara yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimatmereka adalah pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh tekanan yaitu bagian kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan pokok, sedangkan bagian lain dihilangkan secara sistematis. Karena itu, bahasa anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis,
karena mengandung pengurangan bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata
kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya.
Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakanstruktur sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992). Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada dalamberbicara (Tompkins, 1989). Pada umumnya anak SD mengenal bentuk pasif daripada preposisi“oleh” misalnya “Buku itu dibeli oleh Ali.” Dengan demikian kalimat pasif yang tidak disertai kata oleh, mereka menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya “Saya melempar mangga (kalimat aktif) menjadi “Mangga sayalempar (kalimat pasif) bukan “Mangga dilempar oleh saya.” (Salah).
Anak biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat dibalik dan kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik secara seimbang. Namun, anak sering mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat
dibalik (subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Dan pada umur 11-13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata ganti. Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak di bawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal kalimat. Pada umur 11-14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarang muncul.
Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”: dalam kalimat, seperti “Saya menghadiri pertemuan itu karenadiundang”. Anak SD bingung membedakan kata hubung karena, dan, laludilihat dari segi urutan waktu kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergi
ke pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan “Saya sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya tidakmasuk sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata penghubung “karena“ barumulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benar dan konsisten baru terjadi pada umur skitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 1997).
5.4       Perkembangan Semantik
Selama priode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahanmakna kata. Secara horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,1989). Sedang Berger menyatakan bahwa antara 2-6 rata-rata anak mempelajari 6 -10 kata per hari. Ini berarti bahwa rata-rata anak umur 6 tahun
mempunyai kata 8.000 - 14.000 kata. Dan pada usia 9 - 10 thn. sekitar 5000 kata baru dalam perbendaharaan kosa katanya (Woolfolk, 1990). Merujuk apa yang tercantum dalam Kurikulum 1994, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000 kata. Dengan demikian pendapat
Berger di atas sangat tinggi. Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum 1994 adalah hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata anak masuk kelas awal dengan pengetahuan makna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata per tahun di kelas awal dan menengah SD dan 2000 kata di kelas atas sehingga perbendaharaan kosa kata siswa berjumlah 8500 di kelas VI
(Harris dan Sipay, 1980). Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens, 1992)
Pengetahuan kosa kata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum. Anak yang menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik. Selama priode usia SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya. Anak usia 5 thn.mendefinisikan kata secara sempit sedang anak berumur 11 tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya. Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas, misalnya kucing ialah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah penduduk. Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan Bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan misalnya kepala dingin, (b) metafora, misalnya “Suaranya membelah bumi”., (c) kiasan, misalnya “Wajahnya seperti bulan purnama.”, (d) pribahasa, misalnya “Menepuk air didulang, terpecik muka sendiri.”


5.5       Perkembangan Pragmatik
            Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif,heuristik, dan informatif. Pinnel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk bekomunikasi) dan jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan saat belajar dan berbicara dalam kelompok kecil). Dilihat dari segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 thsudah dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/film yang mereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit-demi sedikit. Mereka belajar menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab akibat. Kata penghubung yang digunakan: dan,lalu. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita yang ang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalah dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya.

6.         Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak

            Faktor perkembangan bahasa anak dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain yaitu :
6.1       Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas pengasuhan anak. Penelitian oleh NICHD menyimpulkan bahwa anak yang mendapatkan pengalaman perawatan dengan kualitas yang tinggi secara konsisten menunjukkan fungsi kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih baik sepanjang tiga tahun pertama kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan Vemon-Feagans  menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang bermakna pada kemampuan bicara dan bahasa anaknya, sebab memberi dampak pada pola bahasa dalam keluarga.

6.2       Faktor ekonomi orang tua
Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak seperti yang diungkapkan A family history of language and learning problems, and low socioeconomic status are each associated with language impairment. Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).

6.3.      Hubungan Keluarga 
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.

6.4       Kesehatan 
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan dala perkembangan bahasannya.

6.5       Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.


7.         Implikasi Perkembangan Bahasa Terhadap Pendidikan
Implikasi perkembangan bahasa anak terhadap segi pendidikan salah satunya adalah terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa. Bahasa merupakan sebuah pengantar. Jika telah memahami bahasa maka tidak akan sulit bagi anak untuk menerima pesan ataupun kata-kata yang diucapkan oleh seorang guru. Karena Perkembangan bahasa adalah merupakan proses alamiah yang difasilitasi oleh kesempatan-kesempatan memanfaatkan bahasa dalam aktivitas sehari-hari. Para guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Perkembangan bahasa sangat penting karena Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.




BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
1.      Pengertian perkembangan atau dalam bahasa inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan serta sistematis.
2.      Perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh  bakat bawaan, lingkungan atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual.
3.      Teori perkembangan bahasa anak : (a) Teori Behaviorisme, (b) Teori Nativisme, (c) Teori Kognitivisme
4.     Tahap perkembangan bahasa anak : (a)Perkembangan Fonologis, (b)Perkembangan morfologis, (c) Perkembangan sintaksis, (d) Perkembangan semantic, (e) Perkembangan pragmatic
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak  : (a) Tingkat pendidikan orang tua, (b) Faktor ekonomi orang tua, (c) Hubungan Keluarga , (d) Kesehatan, (e) Metode Pelatihan Anak
6. Implikasi perkembangan bahasa terhadap pendidikan :
Para guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik.

B.     SARAN
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi seluruhnya.