PENGEMBANGAN BAHASA
ANAK
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Awal
Disusun oleh :
Rombel 09
1.
Hafid
Ahman Fanshuri 1401414
2.
Mohammad
Khowarizmi 1401414
3.
Eni
Fitriyani 1401414294
4.
Shella
Novita Sari 1401414314
5.
Desi
Rusiani 1401414
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015
BAB I
PEMBUKA
A.Latar
Belakang
Setiap insan memiliki potensi
yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat penguasaan bahasa setiap
orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia mengawali
komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi
melatih bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang berkaitan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas, Misalnya, dengan orang di sekitarnya, lingkungan dan berkembang
dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Perkembangan bahasa tersebut
selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.. Perkembangan bahasa
pada anak-anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya
(social skill) melalui berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan
pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu hubungan sosial. Pada saatnya anak
akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan
mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmberi dan menerima segala
sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Proses perkembangan tersebut melalui
berbagai tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai
dengan penguasaan usia sekolah. Dalam tahapan penguasaan bahasa inilah peran
orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan. Orang tua sebaiknya selalu
memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan
prosesseorang anak dalam bersosialisasi maupun belajar.
B.Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian perkembangan bahasa ?
2.
Bagaimanakah perkembangan bahasa pada anak ?
3.
Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak ?
4.
Apa saja tahapan perkembangan bahasa pada anak ?
5.
Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak ?
6.
Apa implementasi perkembangan bahasa pada anak terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian
Perkembangan Bahasa
Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya,
Berko Gleason mengungkapkan Language has been hailed as the hallmark of
humanity, the ability that separates humans from animals (Berko-Gleason, 1997).
As humans in society, we use our language ability continuously to embrace ideas,
share our feelings, comment on the world, and understand each other’s minds.
Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and
rule-governed structures that are used as a means for communication. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan
faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa erat kaitannya
dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu tampak
dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat dan menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara”
(speech) dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya
tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan
pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk
didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara,
bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa
yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif,
penggunaannya paling luas dan paling penting. Berbicara merupakan alat
komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara
dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang
berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata
yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat
dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini
mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
Sementara pengertian perkembangan atau dalam bahasa
inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap
individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan serta sistematis.
Syamsu
Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang progress
dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang mana aspek-aspek
dari perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial,
kepribadian, moral dan kesadaran beragama.
2.Perkembangan Bahasa pada Anak
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk
anak-anak. Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu
pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang
anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat
berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang intensif
dan bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan
dkk.,1998) bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus,
tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh bakat bawaan, lingkungan
atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual.
Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-anak akan dapat
mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam
lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui
bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan
menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa
dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.
3.Teori-teori perkembangan bahasa
pada anak
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan
oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat
memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak.
Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
3.1
Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan
bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang
diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasabagi kaum behaviorisme dianggap
kurang tepat karenan istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki
atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu merupakan
salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Menurut kaum
behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak diperoleh
melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif
dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses
perkembangan perilaku verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui
kematangan anak dalam pemerolehan bahasa. Kaum behaviorisme tidak mengakui
pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemempuan untuk
mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka
berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemempuan
berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari
pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang
sebenarnya untuk berkomunikasi memalui prinsip pertalian S – P (stimulus –
respon) dan proses peniruan-peniruan.
Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh
perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian
stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat
memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku
positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai
dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan
bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan
secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
3.2
Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa
pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan
lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak
mengangggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan
mengganggap bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut
“hipotesis pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu
terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu
singkat melalui metode seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa
aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara
alamiah.
Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai
oleh manusia, Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat
ini didasarkan pada asumsi. Pertama,perilakubahasa adalah sesuattu yang
diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam
bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya
memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat
dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara
mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat
menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang
dewasa.
Menurut Chomsky, seorang anak dibekali
“alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device (LAD). Alat yang
merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir
yang mungkin dari suatu tat bahasa, dan dianggap sebagai bagian fisiologis dari
otak yang khususuntuk memproses bahasa, yang tidak punya kaitannya dengan
kemempuan kognitif lainnya
3.3
Teori Kognitivisme
Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam
proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau
berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bias dianggap bersinonim
dengan kata berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya beberapa tahap dalam
perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu :
3.3.1
Tahap sensomontorik
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi
anak dan berlangsung pada sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya,
lalu pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua kemampuan awal ini.
Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang dunia, yaitu yang
berhungan dengan pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana.
3.3.2
Tahap Praoperasional
Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi
oleh cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih
kurang operasional.
3.3.3 Tahap Operasional Konkret
Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep
konvensi.Tahap ini dilalui anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan
menjelang sebelas tahun.
3.3.4
Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke
atas, anak-anak sudah berfikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka
merumuskan dan mengetes hipitesis-hipotesis yang rumit mereka berfikir abstrak
dan mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang abstrak, dari
satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).
4.Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa
Pada Anak
4.1
Menurut pendapat Piaget (Sumantri,
dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa proses perkembangan anak dari kecil hingga
dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu:
4.1.1
Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual
anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui
indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh
keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada
tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut
4.1.2 Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh
anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang
digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil hanya
berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang
diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu
keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran
kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang
lewat.
4.1.3
Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai berpikir
logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi
dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi
masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang
telah tersedia jawabannya.
4.1.4
Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola
pikirnya yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir
terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah
dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis.
4.2
Sedangkan Johan Amos Comenius dalam
Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang
terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu:
4.2.1 Periode Sekolah-Ibu (0-6 Tahun)
Pada periode ini hampir semua usaha
bimbingan-pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu
sangat mempengaruhi proses perkembangan anak.
4.2.2
Periode Sekolah-Bahasa-Ibu (6-12 Tahun)
Pada periode ini anak baru mampu
menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu).
Bahasa ibu ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu untuk
mendapatkan impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti serta transmisi kultural
dari orang dewasa, dan untuk mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang
lain.
4.2.3
Periode Sekolah-Latin (12-18 Tahun)
Pada periode ini anak mulai
diajarkan bahasa latin sebagai bahasa kebudayaan. Bahasa ini perlu diajarkan
kepada anak agar anak mencapai taraf beradab dan berbudaya.
4.2.4
Periode Sekolah-Universitas (18-24
Tahun)
Pada periode yang terakhir ini anak
muda mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, di
samping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan.
Khusus mengenai perkembangan bahasa
anak,
4.3 Conny
R. Semiawan (2000: 128-136) berpendapat bahwa tahap perkembangan bahasa anak
terdiri dari empat tahap, yaitu:
4.3.1 Perkembangan Bahasa Usia Bayi
Secara umum bayi mulai mengeluarkan
ucapan pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga yang
memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak mengucapkan kata-kata,
terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan baa, maa atau paa.
Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang
dilakukan oleh bayi pada usia dini ialah untuk menarik perhatian orang tua dan
orang lain yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, bayi menarik perhatian orang lain
dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan, serta menggerak-gerakkan
tangan. Biasanya kata-kata anak yang pertama kali muncul adalah nama-nama orang
penting yang ada disekitarnya, nama-nama binatang, dan benda-benda lain yang
ada di sekitarnya. Anak-anak yang telah memasuki usia 18-24 bulan mulai
mengucapkan pernyataan dengan dua kata.
4.3.2 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Beberapa anak usia pra sekolah
memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan, misalnya untuk
mengucapkan kata setrika, mangga, dan lain-lain. Pada usia ini, anak-anak sudah
dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman
yang meningkat terhadap aturan yang komplek tentang urutan kata-kata yang
diucapkan. Pada usia ini anak-anak juga sudah mulai mampu mengembangkan
pengetahuan tentang makna dengan cepat.
4.3.3 Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
Pada tahap ini penekanan
perkembangan berubah dari bentuk bahasa ke isi dan penggunaan bahasa. Anak-anak
telah mencapai tahap kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak
dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak.
4.3.4 Perkembangan Membaca dan Menulis
Salah satu faktor yang berpengaruh
pada perkembangan membaca anak usia dini ialah kesediaan orang tua untuk
menyediakan bahan bacaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
perkembangan kemampuan membaca anak. Kegiatan membaca yang dilakukan secara
alamiah dalam suasana kehidupan sosial memiliki efektifitas yang tinggi untuk
peningkatan kemampuan membaca pada anak. Anak usia tujuh atau delapan tahun
telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata dan kata. Siswa kelas
tiga dan empat sudah mampu menganalisis kata-kata baru dengan menggunakan pola
orthograpik dan inferensi kontekstual. Siswa kelas lima dan enam sudah mulai
membaca dari keterampilan decoding menuju ke pemahaman.
5.
Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
Ada
beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke dalam tahap
pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang
menyanggah pembagian ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat
dikatakan bahasa permulaan karena bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan
lain sebagainya dikendalikan oleh ransangan (stimulus) semata.Sudah diuraikan
sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah diperoleh secara
tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap.
5.1
Perkembangan Fonologis
Sebelum
masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyibahasa, tetapi masih ada
beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990)
sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v.
Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua
dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p,
s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada
sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas
awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan
pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat
bunyi
pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia
diduga pun mengalami kesulitandalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan
bunyi kluster misalnya str, pr,
pada
kata struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD bahkan orang
dewasa kadangkala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada kata: kompleks,
administrasi diucapkan komplek dan adminitrasi. Agar hal itu
tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.
5.2 Perkembangan Morfologis
Afiksasi
bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yangkompleks. Hal ini terjadi
karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks,
sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah
menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan,persatuan,
kesa-tuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997)
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal
ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan
makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai
pada priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.
Berdasarkan
kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan menggunakan
morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut:
5.2.1 Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan
kata berprefiks dan bersufiks seperti melempar dan makanan.
5.2.2 Anak kelas menengah SD telah dapat
mengunakan kata berimbuhan simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi,
disatukan.
5.2.3 Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan
kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan
dalam bahasa lisan atau tulisan.
5.3 Perkembangan Sintaksis
Brown
dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulanbahwa kalimat awal anak
adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah
itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak
mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun
ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan
Bellugi
terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang
biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu:pengembangan, pengurangan,
dan peniruan. Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara
pertama yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada
prinsip kalimat yang paling pokok yaitu urutan kata.
Cara
yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimatmereka adalah
pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh
tekanan yaitu bagian kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan
pokok, sedangkan bagian lain dihilangkan secara sistematis. Karena itu, bahasa
anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis,
karena
mengandung pengurangan bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi
frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit
dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya.
Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata
kerja
yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi,
dan seterusnya.
Dari
segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakanstruktur
sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun
belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown,
1992). Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih
kompleks dalam menulis daripada dalamberbicara (Tompkins, 1989). Pada umumnya
anak SD mengenal bentuk pasif daripada preposisi“oleh” misalnya “Buku
itu dibeli oleh Ali.” Dengan demikian kalimat pasif yang tidak disertai
kata oleh, mereka menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya “Saya
melempar mangga (kalimat aktif) menjadi “Mangga sayalempar (kalimat
pasif) bukan “Mangga dilempar oleh saya.” (Salah).
Anak
biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat
dibalik dan kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik secara
seimbang. Namun, anak sering mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan
menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat
dibalik
(subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak
menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada
umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari
kata ganti. Dan pada umur 11-13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang
subjeknya dari kata ganti. Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia
SD. Anak di bawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal
kalimat. Pada umur 11-14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai
jarang muncul.
Anak
sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”: dalam
kalimat, seperti “Saya menghadiri pertemuan itu karenadiundang”. Anak SD
bingung membedakan kata hubung karena, dan, laludilihat dari segi urutan
waktu kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergi
ke
pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan “Saya
sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya
tidakmasuk sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata penghubung “karena“
barumulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benar dan konsisten baru
terjadi pada umur skitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 1997).
5.4 Perkembangan Semantik
Selama
priode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahanmakna kata. Secara
horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan
nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan
jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam
Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung
dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun
(Tompkins,1989). Sedang Berger menyatakan bahwa antara 2-6 rata-rata anak mempelajari
6 -10 kata per hari. Ini berarti bahwa rata-rata anak umur 6 tahun
mempunyai
kata 8.000 - 14.000 kata. Dan pada usia 9 - 10 thn. sekitar 5000 kata baru
dalam perbendaharaan kosa katanya (Woolfolk, 1990). Merujuk apa yang tercantum
dalam Kurikulum 1994, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000
kata. Dengan demikian pendapat
Berger
di atas sangat tinggi. Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum 1994
adalah hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata anak masuk kelas awal
dengan pengetahuan makna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata
per tahun di kelas awal dan menengah SD dan 2000 kata di kelas atas sehingga
perbendaharaan kosa kata siswa berjumlah 8500 di kelas VI
(Harris
dan Sipay, 1980). Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata
meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari
definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna
yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari
definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens,
1992)
Pengetahuan
kosa kata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum. Anak yang
menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik. Selama priode
usia SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan
konteksnya. Anak usia 5 thn.mendefinisikan kata secara sempit sedang anak
berumur 11 tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah
diketahuinya. Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas, misalnya kucing
ialah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah penduduk. Menurut Budiasih
dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang
memungkinkan penggunaan Bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan
kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan
kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan misalnya kepala
dingin, (b) metafora, misalnya “Suaranya membelah bumi”., (c)
kiasan, misalnya “Wajahnya seperti bulan purnama.”, (d) pribahasa,
misalnya “Menepuk air didulang, terpecik muka sendiri.”
5.5 Perkembangan Pragmatik
Berbicara tentang pragmatik ada 7
faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara (2) untuk
tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa,
(6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor
penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa
yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental, regulator,
interaksional, personal, imajinatif,heuristik, dan informatif. Pinnel
(1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal
menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk
bekomunikasi) dan jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa untuk
mencari ilmu pengetahuan saat belajar dan berbicara dalam kelompok kecil). Dilihat
dari segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 thsudah dapat bercerita
secara sederhana tentang acara televisi/film yang mereka lihat. Kemampuan ini
selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit-demi sedikit. Mereka belajar
menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab akibat. Kata
penghubung yang digunakan: dan,lalu. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat
membuat cerita yang ang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah,
rencana mengatasi masalah dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum
jelas siapa yang melakukannya.
6. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak
Faktor perkembangan bahasa anak
dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain yaitu :
6.1 Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor dari kualitas pengasuhan anak. Penelitian oleh NICHD menyimpulkan
bahwa anak yang mendapatkan pengalaman perawatan dengan kualitas yang tinggi
secara konsisten menunjukkan fungsi kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih
baik sepanjang tiga tahun pertama kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan
Vemon-Feagans menemukan bahwa tingkat
pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang bermakna pada kemampuan bicara dan
bahasa anaknya, sebab memberi dampak pada pola bahasa dalam keluarga.
6.2 Faktor ekonomi orang tua
Faktor ekonomi orang tua sangat
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak seperti yang diungkapkan A
family history of language and learning problems, and low socioeconomic status
are each associated with language impairment. Beberapa studi tentang hubungan
antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan
bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang
lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan
atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan
perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E.
Hurlock. 1956).
6.3. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses
pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama
dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan
anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan
bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat menakibatkan anak akan
mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang
sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang dan
kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik
kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi
atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan
kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar
atau tidak sopan.
6.4 Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar
berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk
menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggauta kelompok
tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus
menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan
dala perkembangan bahasannya.
6.5 Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara
otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar” merupakan
hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar.
7. Implikasi
Perkembangan Bahasa Terhadap Pendidikan
Implikasi perkembangan bahasa anak
terhadap segi pendidikan salah satunya adalah terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh perkembangan
bahasa. Bahasa merupakan sebuah pengantar. Jika telah memahami bahasa maka
tidak akan sulit bagi anak untuk menerima pesan ataupun kata-kata yang
diucapkan oleh seorang guru. Karena Perkembangan bahasa adalah merupakan proses
alamiah yang difasilitasi oleh kesempatan-kesempatan memanfaatkan bahasa dalam
aktivitas sehari-hari. Para guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk
mengekspresikan dirinya secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka
memecahkan persoalan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Perkembangan
bahasa sangat penting karena Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan
pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial.
Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator
kesuksesan seorang anak.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1. Pengertian perkembangan atau dalam
bahasa inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap
individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan serta sistematis.
2. Perkembangan bahasa anak ditandai
oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang
sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu
dipengaruhi oleh bakat bawaan, lingkungan atau faktor lain yang
menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual.
3. Teori perkembangan bahasa anak : (a)
Teori Behaviorisme, (b) Teori Nativisme, (c) Teori Kognitivisme
4. Tahap
perkembangan bahasa anak : (a)Perkembangan Fonologis, (b)Perkembangan morfologis, (c) Perkembangan sintaksis, (d) Perkembangan semantic, (e) Perkembangan pragmatic
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada
anak
: (a)
Tingkat pendidikan orang tua, (b) Faktor ekonomi orang tua,
(c)
Hubungan Keluarga , (d) Kesehatan, (e) Metode Pelatihan
Anak
6. Implikasi perkembangan bahasa
terhadap pendidikan :
Para
guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya
secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
B. SARAN
Mengingat
keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang
diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang
lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi
seluruhnya.
gada daftar pustakanya?
BalasHapusDaftar pustakanya ga ada.?
BalasHapusDaftar pustakanya mana?
BalasHapusDaftar pustakanya mana?
BalasHapusKak daftar pustakanya mana?
BalasHapusdaftar pustaka tidak ada jadi tidak tau dari mana sumber tulisan ini
BalasHapus